Hari Kartini Tahun 2025, Murid Putri TK Baitul A’la Lubuklinggau Berseragam Kebayak dan Adat Tradisional

Utama31 Dilihat

LUBUKLINGGAU-Hari Kartini biasa diperingati dengan berbagai kegiatan seperti upacara bendera, lomba pakaian adat, hingga pameran karya perempuan. Hari ini menjadi momen spesial, khususnya bagi para wanita di Indonesia. Tak terkecuali di TK Baitul A’la Lubuklinggau.

 

Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu pahlawan emansipasi wanita yang dihormati di Indonesia. Pada 21 April menjadi momentum bagi seluruh warga Indonesia dalam mengenang jasa besar R.A. Kartini memperjuangkan hak-hak wanita.

“Alhamdulillah, anak anak murid putri memakai baju seragam kebayak untuk memperingati Hari Kartini,” ucap Kepala TK Baitul A’la Lubuklinggau, Emmy kepada wartawan ini, Senin (21/4/2025).

Diakuinya, anak anak Murid TK Baitul A’la Lubuklinggau yang mengenakan seragam kebayak tidak ada paksaan. Artinya, dipersilahkan mengenakan baju adat atau baju sekolah yang tidak memberatkan orangtua. Tambah Emmy, peringati hari Kartini di TK Baitul A’la Lubuklinggau dengan sederhana dengan motto, “habislah gelap terbitlah terang”. Semoga anak anak memiliki semangat Kartini berguna bagi bangsa dan negara serta taat beragama Islam.

“Sebagai hiburan, kami adakan fashion show dengan penuh riang gembira. Hal ini sebagai uji nyali keberanian anak anak tampil didepan kawan kawan dan guru guru,” ungkapnya.

Dikutip dari detikEdu, R.A. Kartini berasal dari keluarga priyayi atau bangsawan Jawa di Jepara yang lahir pada 21 April 1879. Karena statusnya yang merupakan anak keluarga bangsawan, R.A. Kartini dapat menempuh pendidikan sekolah dasar di Europesche Lagere School (ELS), sebuah sekolah dasar Eropa, pada 1885.

Pendidikan yang ditempuh Kartini menentang tradisi pada masa itu. Di mana anak perempuan tidak boleh masuk sekolah dan keluar rumah. Di samping tindak diskriminatif yang ia dapatkan, Kartini tetap semangat memperoleh pengetahuan dan prestasi.

Setelah lulus dari ELS, Kartini dilarang melanjutkan pendidikan oleh ayahnya karena terikat tradisi yang mewajibkan anak usia 12 tahun untuk dipingit dan menyiapkan diri menjadi ibu rumah tangga. Kartini pun menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat.

Tidak berhenti di situ, berkat izin suaminya, Kartini membangun sekolah putri di Rembang yang sekarang menjadi gedung pramuka. Kartini senantiasa mencoba berbagai cara agar dirinya dan perempuan lainnya bisa maju dalam hal pendidikan. Kartini akhirnya wafat pada usia 25 tahun karena kesehatannya.

 

Sejarah Penetapan Hari Kartini

Hari Kartini diperingati pada 21 April di setiap tahunnya yang bertepatan dengan hari kelahiran Kartini. Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 peringatan Hari Kartini secara resmi ditetapkan. Keputusan ini ditandatangani oleh presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno pada 2 Mei 1964, yang juga memuat penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Hal ini ditetapkan bukan tanpa dasar. Sosok R.A. Kartini telah memberikan jasa besar untuk para wanita di Indonesia mendapatkan keadilan dan hak-haknya. Gagasan-gagasannya yang visioner menjadikan Kartini sebagai pionir kebangkitan perempuan di Indonesia.

Hari Kartini ini kemudian ditetapkan untuk menghormati perjuangan Kartini. Hari ini juga menjadi momen untuk mengenang jasa dan semangat juang Kartini.

Makna Peringatan Hari Kartini

Peringatan hari Kartini memiliki makna perjuangan dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Besarnya perjuangan yang dilakukan oleh R.A. Kartini menjadi inspirasi bagi wanita di Indonesia untuk terus berkarya dan menempuh pendidikan tinggi.

Hari ini mengingatkan kita pada perjuangan Kartini memperjuangkan hak-hak wanita dalam melawan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender yang terjadi pada masa dahulu. Perjuangan ini harus dapat dilanjutkan oleh para generasi saat ini dan berikutnya untuk menghargai hasil dari perjuangan Kartini. (**)