MENUJU Desa Sukakarya Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan bisa ditempuh kendaraan bermotor roda dua maupun empat.
Kondisi Desa Sukakarya baik secara demografi maupun geografis dapat digambarkan bahwa
a. Kondisi Geografis Luas desa Sukakarya Kecamatan STL Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas secara keseluruhan adalah 1.092,40 ha, Secara administratif desa Sukakarya terdiri dari dusun- dusun dengan batas –batas wilayah sebagai berikut :
– Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Srimulhyo
– Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Marga Bakti
– Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Babat
– Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Sukorejo
Kondisi geografis dan batas-batas di atas menandakan bahwa desa Sukakarya berada pada posisi yang strategis.
b. Luas Wilayah Luas wilayah desa secara keseluruhan adalah 1.092,40 ha, meliputi :
Permukiman penduduk 151,5 ha, tanah sawah 230 ha, Perkebun 125 ha,rawa-rawa 50 ha, kolam ikan 90 Ha, Hutan Lindung 393 H, Tanah Milik Desa 2,5 Ha, Tegalan 50 Ha.
c. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di desa Sukakarya adalah, 2.181 jiwa dan 1,121 jiwa Laki-laki, 1.060 jiwa Perempuan dengan jumlah KK sebanyak 697 KK.
d. Struktur Perekonomian Desa Mata Pencaharian masyarakat desa sebagian besar adalah Petani Sawah & petani karet.
Saat wartawan pilarsumsel ini tiba di desa ini, tepat di perbatasan masuk terlihat tulisan selamat datang di Desa Sukakarya. Lalu di perjalanan masuk perkampungan, terdapat pohon pinang berjejer di sepanjang jalan dan depan rumah warga. Saya pun langsung mencari kediaman ketua kelompok tani buah pinang, dengan maksud mendapatkan informasi daerah yang dijuluki wisata pohon pinang. Saya bersama saudara yang menaiki mobil berhenti di depan Kantor Desa Sukakarya, tepat kediamanan Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT), Melati yang diketuai ibu Suhartini.
Kami pun disambut penuh ramah dan dipersilahkan masuk seraya duduk di teras rumah penuh suasana santai. Jurnalis pilarsumsel ini pun menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan, Suhartini asal keturunan Jawa ini dengan sumringah memberikan informasi terkait mulai penanaman hingga ekspor buah pinang ke Luar Negeri atau bisa disebut Go Internasional.
Srikandi Musi Rawas ini sedikit bercerita masa masa pahit mengawali usaha buah pinang betara. Kala itu, Suhartini dalam kondisi ekonomi yang sulit dimasa pandemi 2019, harus berusaha lebih giat untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. “Saya mendapatkan kabar bahwa buah pinang viral di konsumsi warga Lubuklinggau melalui minuman bandreknya. Saat itu, saya punya ide di kebun. Saya melihat pada pohon pinang dibiarkan tumbuh alami. Jadi, saya mencoba mengelolanya seperti informasi viral yang beredar, ” tuturnya, Senin (16/10/2024.
Bermula dari informasi itu, Suhartini yang didukung penuh keluarga berusaha berinovasi membuat produk buah pinang Batara dipadu dengan jahe dan kopi. Namun usaha meracik produk, terus mengalami kegagalan. Tapi ia tidak putus asa, terus mencoba dan belajar hingga berhasil.
“Kami awalnya bikin produk bandrek, jahe. Dananya, secara kelompok atau patungan jahe, setelah panen jahe baru bersama sama buat bandrek,” ucapnya.
Bersama kelompok Melati, Suhartini terus melakukan promosi di setiap acara baik pameran yang diselenggarakan pemerintah dan swasta. “Alhamdulillah, 2023, tim PT Pertamina EP Pendopo Field zona 4, tertarik dan memberikan pembinaan kepada kami, agar produk buah pinang terus berkembang produksi dan pemasarannya,” jelasnya.
Melalui Binaan PT Pertamina EP Pendopo Field, sambung dia, pihaknya pelatihan dan diberikan bibit pohon pinang sebanyak 13 ribu batang untuk ditanam setiap rumah. Bak gayung bersambut, warga Desa Sukakarya penuh semangat menanam pohon pinang Betara karena sangat menjanjikan untuk tambahan pendapatan ekonomi keluarga, selain mendapatkan hasil pertanian sawah.
“Singkat cerita, Pohon Pinang oleh pak Kades saat itu dijadikan icon desa,” ujarnya.
Setelah beberapa tahun, dijelaskan Suhartini, tibalah waktu panen pada tahun 2024 ini. Jadi, semua hasil panen dikumpulkan di KWT Melati untuk diproduksi sesuai kualitas buah pinangnya. Bila kualitasnya jelek akan diolah sebagai penetral air sawah yang berwana kuning atau anti corosi (penetral zat besi), bila berkualitas akan dipasarkan keluar daerah.
“Kami juga menampung buah pinang desa lain sebagainya Kabupaten Musi Rawas. Berkat dibantu Pertamina, kami bisa menjual ke pasar di Palembang dan kota kota besar. Bahkan kami berhasil mengekspor buah pinang betara ke luar negeri yakni Dubai sebanyak 12 Ton,” terangnya.
Baru baru ini, kata Suhartini, memberikan bibit pohon pinang Betara ke Karang Taruna untuk ditanam di pinggiran sungai. Hal ini, tentunya sangat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan, yang notabene Desa Sukakarya masih terdapat hutan lindung. Sehingga pohon pinang betara ini sangat baik untuk mencegah terjadinya erosi atau tanah longsor di bantaran sungai.
“Pohon pinang Batara ditanam di depan rumah, selain mempercantik halaman, juga menghasilkan pendapatan,” tutupnya
Sebelumnya, Senior Manager Pendopo Field I Wayan Sumerta dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kolaborasi melalui program TJSL untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan No.13 Tentang Penanganan Perubahan Iklim dan No.15 Tentang Keberlanjutan Ekosistem Darat yang dilaksanakan dengan mengdepankan prinsip akuntabilitas, terintegritas, terarah, dan terukur dampaknya.
“Penanaman pohon pinang betara ini merupakan investasi pohon yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas yaitu udara yang lebih bersih, mengurangi dampak pemanasan global, menyerap polusi, menjawab isu dekarbonasi, serta terdapat manfaat lebih dari itu yaitu manfaat secara ekonomi,’ ujar Wayan.
Sementara Ketua tim peneliti dari Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof.Nuryono mengatakan “Riset kerjasama antara FMIPA UGM dan PT Pertamina dilakukan untuk mengetahui manfaat dari pengolahan biji pinang tua yang telah diuji lab dan hasil uji tersebut terdapat senyawa kimia polifenol yang bersifat polar dan berwarna kecoklatan. Pengujian dilakukan dengan dua metode yaitu uji kualitatif dilakukan dengan penetesan larutan feri klorida 1% pada ekstrak tannin dan uji kuantitatif untuk menentukan kadar senyawa tannin dalam ekstrak dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya bahwa biji buah pinang memiliki kandungan tannin,” jelasnya.
Sedangkan uKesatuan Pengelolaan Hutan Edi Cahyono menyampaikan bahwa adanya kegiatan penanaman pohon dan workshop pemanfaatan biji pinang sebagai bahan zat antikorosi logam tidak hanya kegiatan rutinitas semata. Melainkan, sebagai bentuk wahana untuk meningkatkan kesadaran kita untuk peduli dan memberikan perhatian besar pada kelestarian fungsi lingkungan hidup khususnya hutan dan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. “Atas nama pemerintah dan masyarakat sekitar Bukit Cogong Lestari, saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada PT Pertamina EP Pendopo Field yang telah membantu masyarakat di sekitar Bukit Cogong Lestari dalam upaya pelestarian lingkungan yang akan memberikan manfaat keuntungan secara ekonomi, kesehatan, dan kualitas hidup masyarakat.” Ujar Edi Cahyono. (**)