pilarsumsel.com Trenggalek, Jawa Timur – Keberadaan Musyawarah Perencanaan Perempuan, Anak, Disabilitas dan Kelompok Rentan (Musrena Keren) di Trenggalek menjadikan Pemerintah Daerah mengenali kebutuhan masyarakat kelompok rentan.
Bahkan Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kabupaten Trenggalek, dr. Ratna Sulityowati dalam pembukaan Musrena Keren Kecamatan Munjungan, menegaskan “dengan musyawarah ini OPD tidak bisa lagi sok tahu sok mengerti kebutuhan kelompok rentan itu apa,” ucapnya.
Padahal sambung mantan Kadinsos PPPA itu, “untuk kursi roda atau alat bantu dengar itu saja ternyata tidak sama. Kursi roda dan alat bantu dengar ini, harus disesuaikan dengan kebutuhan warga yang bersangkutan. Makanya, saat ini, sebelum pengadaan, didahului pemeriksaan yang disesuaikan dengan anatomi tubuh mereka. Dengan begitu, nyaman dipakai sesuai kebutuhan,” imbuh Ratna.
Menginisiasi Musrena Keren, Pemerintah Kabupaten Trenggalek memang ingin mewadahi perempuan dan kelompok rentan di daerahnya, bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan di wilayahnya.
Selama ini, keterlibatan kelompok rentan dalam Musrenbang reguler dianggap sebagai pelengkap, sehingga suara dan aspirasi mereka kurang didengar.
Hal ini disikapi serius oleh Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, yang ingin aspirasi mereka terfasilitasi, baik dengan
memberikan ruang yang cukup melalui Musrena Keren.
Apa yang diperjuangkan ini sangat bisa dirasakan oleh masyarakat dan kelompok rentan yang ada. Mereka lebih berani menyuarakan kebutuhannya.
Penjabat Sekda Trenggalek, Dr. Andriyanto, SH., M.Kes., mengapresiasi program yang di inisiasi oleh Pemkab Trenggalek itu.
Ini sebuah gagasan yang sangat luar biasa, sehingga sangatlah pantas menjadi yang terbaik dalam Kovablik (Kompetisi Inovasi Publik) Provinsi Jatim. Pj. Sekda yang dilantik, Jum’at (4/2) lalu, berdoa, semoga Trenggalek mendapatkan Award karena memang Trenggalek pantas, menurutnya.
Dalam kesempatan itu, penjabat sekda ini mengajak seluruh lapisan masyarakat menyebar luaskan praktik baik ini dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi informasi yang ada.
“Sebuah gagasan yang sangat luar biasa akan menjadi percuma bila tidak ada pengakuan dari orang lain, maka perlu peran semua lapisan masyarakat ikut mengenalkan praktik baik yang sudah dilakukan,” terang Andriyanto.
(bud)