Dinkes Tulungagung Bersama Yabhysa Kembali Lakukan Monitoring Evaluasi Program TBC

Berita, Jawa Timur1855 Dilihat

Tulungagung, Pilarsumsel.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung bersama Yayasan Banuyasa Sejahtera (Yabhysa) terus melakukan gerakan turun ke lapangan untuk mencari suspect orang terduga Tuberkulosis (TBC).

Masifnya gerakan tersebut dilakukan untuk menyukseskan program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah pusat yaitu Indonesia Tereliminasi TBC Tahun 2030.

Kepala Dinkes Tulungagung, Kasil Rohmad melalui Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Didik Eka mengatakan, tuberkulosis (TBC) di Indonesia masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Padahal, bakteri atau kuman tuberkulosis sudah ditemukan sejak tahun 1800 an atau tepatnya pada 24 Maret 1882 oleh seorang ilmuan bernama Dr Robert Koch. Bahkan, penyakit TBC saat ini sudah ada obatnya.

Menurut Didik Eka, dalam penanganan tuberkulosis di Indonesia khususnya di Tulungagung ada beberapa kendala yang harus dihadapi.

Diantaranya adalah anggapan masyarakat bahwa tuberkulosis adalah penyakit keturunan, penyakit guna-guna atau santet bahkan anggapan bahwa TBC merupakan hal yang tabu.

Sehingga masyarakat kalau dinyatakan positif tuberkulosis, mereka akan merasa enggan atau merasa malu untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

“Kita akan merubah mindset masyarakat bahwa tuberkulosis bukan suatu penyakit yang memalukan atau penyakit yang tabu,” kata Didik Eka usai acara monev TBC di salah satu resto di Tulungagung. Rabu (21/6/2023).

Dia menambahkan, saat ini penyakit TBC sudah ada obatnya atau bisa diobati, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk berobat dari pada beresiko menular kepada orang yang ada di rumah dan orang yang ada di dekatnya.

Selain itu, pemerintah telah mencanangkan bahwa tuberkulosis di Indonesia bisa tereliminasi di tahun 2030. Untuk menyukseskan program tersebut, tentunya tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah sendiri, baik pemerintah pusat, provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Maka, pemerintah perlu melakukan kerjasama dengan pihak ketiga baik LSM maupun yayasan yang peduli dengan penyakit menular.

“Di Tulungagung, kita menggandeng beberapa LSM diantaranya Yayasan Banuyasa Sejahtera (Yabhysa) untuk membantu dalam hal penemuan suspect orang terduga TBC dan penemuan kasus TBC untuk segera diobati,” ungkapnya.

Secara teknis, lanjut Didik Eka, para kader Puskesmas, kader ormas termasuk kader Yabisa terus turun ke lapangan dan mencari suspect orang terduga TBC di Kabupaten Tulungagung.

Sepanjang Tahun 2022 lalu, Dinkes Tulungagung telah menemukan 100 persen terduga TBC dari total 13 ribuan yang ditargetkan pemerintah pusat.

Sedangkan dari total target 2200 kasus TBC, Dinkes Tulungagung masih berhasil menemukan 52 persen pasien dan sudah diobati.

“Masih ada sisa 48 persen yang belum kita temukan dan akan kita temukan tahun ini,” tutur Didik Eka.

Dirinya berharap, 48 persen kasus TBC di Tulungagung yang masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) tahun ini, bisa segera ditemukan dan segera diobati di faskes secara gratis.

Sehingga kasus TBC itu tidak menular pada kontak se rumah dan kontak erat yang ada didekat orang yang terkena TBC tersebut.

Sementara itu, Ketua Yabhysa Tulungagung, Cut Mala Hayati Ansari mengatakan, kerjasama dalam program TBC antara Dinkes Tulungagung dengan Yabisa dilakukan sejak tahun 2016 lalu.

Dalam program tersebut, pihaknya bertugas untuk melakukan penemuan kasus, melakukan investigasi kontak, pendampingan pasien hingga sembuh serta pelacakan kasus.

Pelacakan kasus yang dimaksud adalah melakukan pendampingan jika ada pasien lost to follow up atau pasien berhenti berobat di tengah jalan sebelum penyakitnya sembuh.

“Saya berharap hubungan harmonis antara Yabhysa dengan Dinkes Tulungagung tetap terjalin dengan baik,” harapnya. (Ar)