Jalan Lintas Tebing Kawasan Talang Gunung Sering Ambles

Sumsel902 Dilihat

pilarsumsel online, 

EMPAT LAWANG – Sejumlah warga Kelurahan Tanjung Makmur dan Kelurahan Pasar, Kecamatan Tebing Tinggi, mengkhawatirkan kondisi pinggiran sungai Musi yang tergerus arus sungai Musi.  Tepatnya di bagian hilir jembatan menuju Pulo Emass Kecamatan Tebing Tinggi.

Warga khawatir jika sewaktu-waktu arus sungai Musi deras, bisa membahayakan permukiman warga. Sebab, beberapa bagian Daerah Aliran Sungai (DAS), sudah dibuat tembok penahan dari material bebatuan proyek Normalisasi Sungai Musi yang dikerjakan akhir 2020 lalu. Namun masih ada puluhan meter DAS yang belum dibuat tembok penahan, sehingga dapat mengancam keselamatan warga.

Informasi yang berhasil dihimpun, proyek normalisasi sungai Musi di kawasan Pasar Tebing Tinggi, sudah berlangsung akhir 2020 lalu. Sekitar Tujuh alat berat, dikerahkan untuk melakukan pengerukan sungai. Materialnya dibuat tembok penahan di pinggiran kawasan Pulo Emass, beberapa meter di wilayah Tanjung Makmur dan beberapa meter dibuat tembok penahan di Kelurahan Pasar, Kecamatan Tebing Tinggi.

Namun hingga saat ini, masih ada puluhan meter yang sangat berpotensi tergerus arus sungai Musi, karena belum dibuat tembok penahan.

“Tepat di tikungan antara Kelurahan Pasar dan Kelurahan Tanjung Makmur, tidak dipasang tembok penahan seperti yang ada di sekeliling Pulo Mas dan beberapa titik lainnya. Ini sangat berbahaya, karena arus deras sungai Musi semakin terfokus pada tikungan tersebut yang dihuni banyak warga,” ungkap Harto, salah satu warga Tanjung Makmur, Selasa (5/1).

Lebih lanjut dia mengatakan, program normalisasi sungai Musi di kawasan pasar Tebing Tinggi, sangat bagus untuk mencegah terjadinya banjir di kawasan penduduk yang berada di kawasan DAS. Akan tetapi, jika masih menyisakan bagian tertentu yang tidak dibuat tembok penahan, tentunya menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat, apakah proyek normalisasi sudah selesai atau belum.

“Jika proyeknya selesai, kenapa masih menyisakan beberapa titik yang belum dibuat tembok penahan. Jika memang belum selesai, apakah proyek normalisasi tersebut proyek multi years atau bukan,” imbuhnya dengan nada bertanya.

Senada dengan itu, salah seorang warga lainnya, Idhan mengatakan, mestinya pihak pengawas dan pelaksana proyek dapat memahami kekhawatiran warga tersebut. Karena ancaman dampak buruk sudah sangat dikhawatirkan warga.

“Kalau kondisi proyek ditinggalkan dengan kondisi seperti itu, warga mana yang tidak akan khawatir,” imbuhnya.

Oleh karena itu, dia berharap agar kekhawatiran warga ini mendapat jawaban dan ada solusinya sebelum terjadi bencana. “Kalau tiba-tiba air pasang, terus hal yang ditakutkan terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab,” tukasnya. (frz)