Trenggalek, Jawa Timur, pilarsumsel.com –
Mendukung upaya Bupati Trenggalek mewujudkan Arboretum Bambu terlengkap, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Lingkungan Hidup menanam Bambu di Trenggalek, Sabtu (21/12/2024).
Didampingi Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin Pak Menteri menanam beberapa jenis Bambu di Arboretum, Kebun Bambu Dilem Wilis, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Beberapa rangkaian kegiatan dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup ini mulai dari menanam pohon di Kabupaten Ponorogo kemudian dilanjutkan ke Trenggalek.
Bila di Ponorogo 10 ribu bibit yang merupakan tanaman hutan dan buah-buahan, sedangkan khusus di Trenggalek sebanyak lebih 20 ribu pohon merupakan bambu semua. Terkhususkan karena Pak Menteri ingin mendukung upaya Bupati Trenggalek yang ingin punya Arboretum bambu terlengkap.
Menteri LHK juga mengapresisasi upaya Bupati Trenggalek dalam menanam bambu karena ingin menata tata kelola air di dalam tanah. Selain itu juga bambu dipercaya mampu mengikat tanah dan membantu tanah menahan tekanan tanah gerak ataupun longsor.
Hanif Faisol Nurofiq, saat melakukan penanaman pohon ini menuturkan, “kita tadi menanam di Ponorogo 10.000 bibit berbagai jenis separo tanaman kehutanan, separo tanaman buah,” ujarnya, Sabtu (21/12/2024).
Khusus di sini, sambungnya menambahkan “bupati ini semakin memperkuat pengaturan tata air dengan menanam bambu. Jadi bambu ini, pak bupati koleksi berbagai macam tanaman bambu di seluruh Indonesia. Pak bupati ingin ini menjadi Arboretum terlengkap di Indonesia dan itu kita dukung sepenuhnya,” imbuhnya.
Tetapi utamanya bahwa dengan bambu ini, bupati akan mengajarkan kepada kita semua bahwa pengelolaan daerah hulu sungai menjadi sangat penting untuk mengatur tata air. Ini salah satu juga yang disinyalir oleh bapak bupati akan mengurangi tekanan-tekanan tanah longsor melalui akarnya bambu.
Ini Bambu yang kita tanam, akarnya bisa 1 hingga 2 meter ke sana. Semua saling mengikat, sehingga top soil yang tidak terlalu dalam atau tidak terlalu banyak di Trenggalek ini bisa terikat kuat di dalam rangkaian Bambu.
Tentu banyak hal yang telah dilakukan di sini, kami mendorong terus upaya pak bupati untuk menyelesaikan kegiatan reboisasi, rehabilitasi di Kabupaten Trenggalek.
Kabupaten Trenggalek secara umum, merupakan kabupaten yang tutup hutannya relatif besar dibandingkan dengan kabupaten yang lain. Hampir 55% atau 56% untuk kawasan tanah Trenggalek itu merupakan tanah tutupan hutan. Atau hampir 65 ribu hektar.
Namun Trenggalek masih memiliki lahan kritis dan sangat kritis hampir 21%, kalau dari hitungan KLHK. Ini tentu Pak Bupati tadi berbicara ke saya, kita akan bersama-sama dengan pak bupati menyelesaikan ini secara bertahap.
Yang di dalam kawasan hutan tentu tugas Pak Menteri Kehutanan. Sedangkan yang di luar kawasan kehutanan itu tugas saya dengan Pak Bupati untuk kemudian menyelesaikan ini.
Pak Bupati juga memiliki garis pantai 8 km lebih yang kemudian di sabuk oleh mangrove. Kita juga akan meningkatkan kapasitas mangrove di Kabupaten Trenggalek.
Ini kemudian tim akan mengevaluasi segera, sama dengan bersama Ponorogo, kita akan bekerjasama dengan Pak Bupati untuk mengevaluasi kondisi ini dengan mengambil langkah langkah segera terkait dengan pemulihan dan peningkatan kapasitas lingkungan di Kabupaten Trenggalek ini.
Kita bangga Trenggalek di sepanjang jalan tadi relatif hijau. Dan berdasarkan citra hampir 56% luas daratan Trenggalek adalah tutupan hutan. Jadi ini upaya jenius pak bupati yang perlu kita dukung semua dari pusat. Juga ada pak kepala dinas lingkungan hidup di Provinsi, kita harap secara bersama-sama kita menyelesaikan, meningkatkan kualitas tutupan lahan di Trenggalek terutama.
Kita yakin bahwa alam ini akan memberikan jawaban sejujurnya terkait dengan perlakuan kita. Bencana Hidrometeorologi dapat teratasi dengan meningkatkan kapasitas lingkungan kita. Tekhnologi apapun tidak bisa mengelola tata air di dalam tanah kecuali dengan tanaman. Hanya itu yang bisa kita lakukan dan
kita terima kasih, atas upaya kita semuanya. Dengan respon cepat dari kejadian ini kita dukung.
“Dengan musim hujan ini kita bersama dengan pak bupati berkomitmen meningkatkan jumlah tanaman kita dengan terus meningkatkan penanamam sehingga menambah tanaman tutupan lahan kita,” tutup Menteri Lingkungan Hidup.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin saat mendampingi kunjungan Menteri Lingkungan Hidup merasa senang dengan kedatangan Pak Menteri ke Trenggalek. “Terima kasih telah membantu Kabupaten Trenggalek saat ini,” tuturnya.
Bupati meyakini (menaman pohon) yang telah dilakukannya dan Kementrian Lingkungan Hidup maupun semua pihak yang terlibat akan menjadi amal jariah yang tak terputus. “Manfaatnya mungkin tidak sekarang tapi akan dirasakan oleh anak cucu kita mendatang,” imbuhnya.
Menceritakan pengalamannya saat dilantik menjadi wakil bupati kala itu, ada warga setempat yang berkeluh kesah dimana saat jaman pengelolaan Belanda dulu warga sekitar bisa menikmati penghasilan dari perkebunan kopi. Merenung akan ucapan warga tersebut, ini menjadikan pelecut Bupati Trenggalek untuk bisa memperbaiki Perkebunan Dilem Wilis agar kebermanfaatannya bisa dirasakan oleh masyarakat.
Patut dirasakan dengan perbaikan yang dilakukan, kebermanfaatan ini sudah mulai terasa oleh masyarakat. Dalam waktu dekat ada lahan sekitar 20 hektar yang akan dibangun sebagai kampus hijau salah satu perguruan tinggi. Harapannya ini bisa mengungkit perekonomian masyarakat sekitar.
Melaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup, Mas Ipin mengatakan Dilem Wilis ini menentukan hampir separuh kehidupan masyarakat di Trenggalek. Kalau area ini bagus, vegetasinya bagus, sumberdaya management airnya bisa terjaga, maka bencana di bawah bisa dikurangi. Ekonomi bisa berjalan dan kita tidak perlu menanggung yang namanya disaster cost.
Karena hampir 30% suplai air di Trenggalek disumbang dari air yang ada di Selingkar Wilis ini. Ekonomi yang ditopang kopi dan ekonomi bambu di Trenggalek itu juga menjadi ekonomi yang menghidupi banyak sekali masyarakat. Khususnya ibu ibu. Sebagian ibu-ibu itu sehari-hari ada yang hanya menganyam bambu, reyengnya atau hasil anyamannya ini digunakan untuk masyarakat jualan ikan pindang. Terus wadah untuk hajatan, parcel dan yang lainnya. Mereka itu ekonominya dari Bambu.
Yang kreatif anak-anak muda sudah bisa ekspor dengan jualan sedotan Bambu, jualan basket dan lain sebagainya.
Bupati muda ini berharap kepada Menteri Lingkungan Hidup, ekonomi dan ekologi itu bisa berjalan beriringan. Tidak harus ada anggapan kala hutannya tidak diapa-apakan tidak dimanfaatkan maka kita mau makan apa. Karena kita melihatnya yang maju itu adalah daerah dengan industrialisasi, daerah dengan industri ekstraktif. Daerah dengan instrumen konkrit di mana-mana.
“Kata pak Menteri ada daerah yang ditengah-tengah hutan yang bisa kaya dengan emas hijau yaitu ekonomi karbon. Untuk itu kenapa ini saya giatkan, karena saya ikut dawuhnya pak menteri,” tutup Mas Ipin.
(bud)