pilarsumsel.com Trenggalek, Jawa Timur – Respon cepat dilakukan Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin menanggapi keluhan pelayanan di RSUD dr. Soedomo Trenggalek, Selasa (24/1/2023). Guna mampu memperbaiki layanan sesuai harapan masyarakat, Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin melakukan serangkaian upaya. Diantaranya datang pagi pagi, melakukan apel bersama seluruh jajaran, para dokter dan tenaga medis. Meminta seluruh Kepala Organisasi Perangkat Daerah hingga Camat mendampingi pasien hingga melihat langsung seluruh layanan yang ada, guna mengenali akar permasalahan. Selasa itu kepala daerah yang akrab disapa Mas Ipin ini rela datang sekira pukul 06.00 Wib. untuk melihat aktivitas di rumah sakit. Kemudian dirinya melakukan apel pagi, tidak hanya dengan para dokter dan tenaga medis di rumah sakit saja, melainkan juga dengan seluruh Kepala OPD dan Camat yang ada.
Kepala OPD dan Camat diberikan tugas untuk mendampingi pasien, sehingga mengenali keluh kesah dan kendala mereka. Berdasarkan pengalaman yang didapat dalam mendampingi pasien, Kepala OPD diharapkan bisa memberikan masukan kepada jajaran direksi RSUD untuk memperbaiki layanan.
“Saya minta seluruh Kepala OPD dan Camat mendampingi pasien. Mereka bertugas membantu asistensi poli rawat jalan yang ada di RSUD dr. Soedomo ini. Rata-rata kalau pasien baru, tidak tahu alur pendaftaran,” ujar Bupati Trenggalek.
Termasuk, sambungnya menambahkan “kita mengecek loket pendaftaran. Di loket pendaftaran sendiri seringnya antrian menumpuk. Sehingga di poli kalau dokternya siang maka antrian pasti masih sangat panjang. Namun Alhamdulillah karena kita jam 6 sudah disini jadi setengah delapan atau jam delapan kurang lebih sudah dimulai pelayanan,” imbuhnya.
Termasuk setelah dari poli, kemudian mereka pasti mendapatkan resep yang akan mereka tukar ke loket farmasi yang cukup panjang antriannya. Kemudian juga saya cek ada gedung belakang yang sedang di renovasi yang rencananya untuk ruang farmasi. Untuk poli yang jumlah pasiennya banyak saya minta ruang farmasinya sendiri-sendiri. Sehingga tidak ada bottleneck. Hari ini sampai dengan jam 10 tadi sudah ada sebanyak 600 lebih pasien yang mendaftar. Tentunya kalau seluruh pasien harus mengantri di sini tentu akan terjadi penumpukan.
Sebenarnya ada banyak perbaikan-perbaikan, makanya saya mengajak para OPD untuk menjadi pendamping pasien. Diharapkan mereka bisa merasakan kurangnya apa dan memberi masukan atau koreksinya apa. Hari ini akan kita evaluasi, jajaran direkai akan mendengar seluruh masukan dari Kepala OPD-OPD yang saya tugaskan tadi. Jadi biar ngerti masukan-masukan OPD apa, sehingga bisa perbaiki. Karena pelayanan poli ini menjadi salah satu pelayanan yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Jadi poli atau rawat jalan, farmasi dan laboratorium, ini PR besar.
Termasuk anggaran kita yang ada di BLU, saya minta paparan untuk dirubah layout -nya agar bisa lebih baik. Jadi begitu drop zone harusnya langsung ketemu dengan ruang pendaftaran. Kemudian polinya juga harus ngumpul. Kemudian farmasinya dibedakan kemudian ditambahi jumlah yang lain untuk melayani sehingga tidak terjadi antrian yang panjang. Hari ini saya ikut membantu teman-teman farmasi menyediakan obat. Rata-rata mereka menunggu sekitar 1,5 hingga 2 jam. Ini kurang ideal, apalagi untuk pasien yang datang sendiri tanpa pendamping dan rata-rata penyakitnya ada yang Jantung, Paru-paru dan yang lainnya. Menunggu selama itu pasti tidak nyaman.
Inovasi layanan digital, tadi usulnya yang daftar online kalah dengan yang datang sejak pagi. Saya minta sekarang, yang pesan secara digital itu bisa langsung pesan reservasi jam. Jadi mereka bisa reques minta dilayani jam berapa, PAT di pendaftaran harus bisa segera nyiapkan rekam medisnya. Sehingga ketika pasien itu datang jam 8 misalnya sesuai pesanan bisa langsung segera dilayani. Jadi reservasi harus di utamakan termasuk jalur fashtrack.
Untuk jalur ini pendampingnya juga harus ada. Didepan poli harus ada frontliner yang menjadi pendamping membantu asistensi. Karena kadang pasien tidak tahu dimana poli yang dituju. “Kadang pasien tidak tahu, kemudian langsung duduk saja. Karena belum daftar atau reservasi tentunya sampai kapanpun belum terlayani. Harus ada yang mengarahkan,” jelas bupati.
Kemudian antrian itu tidak hanya antrian mendaftar seharusnya. Antrian poli itu seharusnya juga ada. Dengan begitu pasien bisa tahu gilirannya. “Katakanlah antrian masih nomor 3 dan dirinya dapat antrian 60 maka pasien mungkin bisa melakukan aktivitas lain seperti makan dulu misalnya, sehingga tidak takut dilompati dengan nomor antrian yang lain,” terangnya.
Sukadi, warga Kecamatan Panggul yang kebetulan mengantarkan istrinya di Poli Kandungan, menyambut baik apa yang dilakukan oleh Bupati Trenggalek itu. “Saya harap ini bisa dilakukan terus menerus. Dengan sidak seperti ini, simpul-simpul masalah bisa diurai,” ujarnya. Pria itu merasakan memang ada perubahan pelayanan, namun kadang ada di beberapa layanan yang masih kurang dan bisa terus dipacu lebih baik. “Saya harapkan sidak seperti ini bisa sering dilakukan. Sehingga pelayanan rumah sakit semakin baik,” tandasnya.
(bud/qow)