Pembelajaran Prakarya Selama Masa Pandemi Covid-19 di MA Al-Muhajirin

Utama280 Dilihat

 

PILARSUMSEL, Musi Rawas- Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup, tujuan pembelajaran dan hakikat kemanusiaan. Jika selama ini manusia-manusia dipaksa hidup dalam situasi serba cepat, pekerjaan tanpa henti, dan kejaran target pertumbuhan ekonomi dalam sistem kompetisi. Namun, persebaran virus Corona (Covid-19) yang menjadi krisis besar manusia modern, memaksa kita untuk sejenak bernafas, berhenti dari pusaran sistem, serta melihat kembali kehidupan, keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti yang sebenarnya. Manusia dipaksa ‘berhenti’ dari rutinitasnya, untuk memaknai apa yang sebenarnya dicari dari kehidupan.

 

Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan Covid-19. Dari semua aspek yang menjadi tantangan saat ini, saya konsentrasi pada aspek pendidikan, yang esensial untuk didiskusikan. Aspek pendidikan menjadi konsentrasi penulis, karena telah berpuluh tahun bergelut di bidang ini dalam kapasitas sebagai peneliti, praktisi hingga perumus kebijakan.

 

 

Persebaran virus Corona yang masih aktif di berbagai negara, memaksa kita untuk melihat kenyataan bahwa dunia sedang berubah. Kita bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan di bidang teknologi, ekonomi, politik hingga pendidikan di tengah krisis akibat Covid-19. Perubahan itu mengharuskan kita untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan sekaligus selalu belajar hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi peserta didik agar tetap belajar dan terpenuhi hak pendidikannya.  Sampai  1 April 2020, UNESCO mencatat setidaknya  1,5 milyar anak usia sekolah yang terdamapk Covid 19 di 188 negara termasuk 60 jutaan diantaranya ada di negara kita.

 

Ada nya pademi memaksa kami sebagai guru untuk dapat tetap menjalankan tugas dari jarak jauh. Pada pembelajaran pelajaran Prakarya ini saya menggunakan beberapa aplikasi untuk dapat mencapai ketuntasan nilai peserta didik walaupun secara jarak jauh.

 

Google Meet

 

Google Meet Seperti diberitakan Kompas.com, 17 Maret 2020, Google Meet terintegrasi dengan G Suite dan hanya pemilik akun G Suite saja yang bisa mengadakan rapat online di Google Meet. G Suite pun menawarkan uji coba gratis selama 14 hari yang bisa diakses. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Meet bisa ditemukan di bagian menu (ikon titik berjumlah sembilan) di sebelah kiri foto profil Gmail yang terletak di pojok kanan atas. Bisa juga diakses melalui alamat https://meet.google.com/. Rapat online bisa dilakukan melalui perangkat komputer maupun ponsel. Pengguna bisa memulai video conference melalui browser Chrome, Mozilla Firefox, Microsoft Edge, atau Safari. Atau, bisa juga melalui ponsel dengan mengunduh aplikasi Meet di PlayStore dan AppStore. Sebelum memulai rapat, kamera dan mikrofon di desktop atau ponsel perlu dipastikan dalam keadaan aktif. Kualitas video juga bisa diatur, apakah ingin menggunakan resolusi tinggi atau standar. Untuk memulai rapat, klik “start meeting”. Pengguna juga bisa menambah peserta rapat. Caranya, bisa dengan mengirimkan tautan melalui e-mail atau mengundang dengan nomor ponsel jika ada. Pembuat rapat juga bisa menambahkan undangan rapat online melalui Google Calendar. Apabila dia mengundang orang dalam rapat, maka Google Calendar akan membuat catatan di kalender orang yang diundang secara otomatis, lengkap dengan tautan undangan rapat online yang bisa langsung diakses. Peserta rapat yang diundang, tidak memerlukan akun G Suite untuk bergabung. Mereka cukup mengklik tautan telekonferensi yang dibagikan melalui e-mail atau memasukan ID rapat. Orang lain yang tidak diundang atau pengguna yang tidak memiliki akun G Suite, harus mendapatkan persetujuan dari peserta rapat lain jika ingin bergabung. Selama telekonferensi, peserta juga bisa chatting untuk mengirimkan informasi atau materi lebih lengkap. Tab chat dapat ditemukan di pojok kanan atas. Rekaman rapat melalui Meet juga bisa disimpan di Google Drive. Hal ini memudahkan apabila ada pembahasan yang ingin dibicarakan kembali di rapat selanjutnya.

 

Google Classroom

Melansir Dummies, Google Classroom memungkinkan guru untuk membuat kelas online, tempat mereka mengelola semua dokumen yang dibutuhkan siswa. Dokumen disimpan di Google Drive dan dapat diedit di aplikasi Drive, seperti Google Docs, dan Sheets. Yang membedakan Classroom dari Google Drive biasa adalah tampilan antarmuka yang terbagi menjadi dua mode, yakni mode guru dan siswa. Fitur-fitur Classroom Membuat tugas Guru bisa membuat tugas atau pekerjaan rumah untuk siswa. Saat membuat tugas, guru dapat mengunggah dokumen/file yang diperlukan untuk dibaca atau dikerjakan siswa. Siswa akan menerima pemberitahuan email tentang tugas baru. Kemudian, siswa “menyerahkan” tugas setelah selesai, dan guru dapat menilai tugas yang telah dikumpulkan tersebut. Membuat pengumuman Guru bisa membuat pengumuman cepat untuk seluruh kelas. Pengumuman akan dikirimkan melalui email ke semua siswa Anda di kelas. Menyimpan materi pelajaran Selain tugas, guru juga bisa menyimpan dokumen lain yang diperlukan untuk siswa di Google Drive, misalnya materi pelajaran, e-book, file presentasi. Siswa bisa berinteraksi Siswa bisa saling mengomentari tugas dan pengumuman, serta mengirim e-mail satu sama lain melalui tampilan antarmuka Classroom. Cara menggunakan Classroom Seperti aplikasi Google lainnya, Classroom juga memerlukan akun Google untuk menggunakannya. Namun, tidak sembarang akun Google bisa menggunakannya. Untuk menggunakan Classroom dibutuhkan akun Google Apps for Education. Buka peramban web dan buka classroom.google.com. Kemudian masuk dengan akun Google. Jika menggunakan akun Google biasa, akan muncul pesan yang mengatakan “Maaf! Kelas hanya tersedia untuk Pengguna Google Apps untuk Pendidikan saat ini,” Klik tombol Memulai dengan Aplikasi. Pada halaman Google Apps for Education, pengguna dapat membaca semua tentang layanan ini, atau cukup klik tombol Dapatkan Aplikasi Hari Ini di kanan atas. Isi formulir dengan informasi kelembagaan dan klik Berikutnya. Kemungkinan besar, sekolah sudah memiliki situs Web dan pengguna bisa menggunakannya. Klik opsi Gunakan Nama Domain yang Sudah Saya Beli dan ketik nama domain. Klik Berikutnya. Ketikkan nama pengguna dan kata sandi yang ingin digunakan. Ketikkan teks yang diminta pada gambar untuk membuktikan Anda bukan robot, centang kotak Baca-dan-Setuju, dan klik Terima dan Daftar.

 

WhatsApp

 

Berdasarkan penelitian, pembelajaran melalui WhatsApp (WA) merupakan aplikasi favorit. Sebab WA sudah sangat familier penggunaannya di kalangan masyarakat. WA menyajikan beberapa fitur yang menarik serta mudah pengoperasiannya. Fitur-fitur tersebut meliputi penyampaian pesan perorangan, penyampaian pesan dalam grup, melampirkan video, melampirkan foto, melampirkan file dalam bentuk pdf ataupun word, panggilan suara dan video conference. Serta mengirimkan pesan suara dan WA relatif lebih murah jika dibandingkan aplikasi yang lain. Ketika pembelajaran daring dimulai, penulis juga mulai mencari cara yang cocok dan mudah untuk digunakan, ketika harus menyampaikan materi dan penugasan kepada peserta didik. Pada saat itu materi prakarya yang tersampaikan secara tatap muka, sebelum adanya kebijakan “memindahkan” sekolah ke rumah, adalah materi Pemanfaatan barang bekas penugasan materi pemanfaatan barang bekas. Untuk melanjutkan materi dan penugasan tersebut, guru melakukan pembelajaran daring dengan aplikasi WA. Awalnya, materi yang diberikan oleh guru berupa ringkasan-ringkasan materi yang diberikan pada peserta didik berupa foto untuk kemudian dipelajari. Jika ada materi yang dirasa belum jelas, maka dibukalah forum tanya jawab pada WA grup kelas yang telah ada. Sedangkan untuk penugasan pada materi tertentu baik berupa latihan soal, membuat ringkasan materi maupun membuat laporan praktikum akan dikirimkan oleh peserta didik lewat WA, email maupun melalui aplikasi Google Classroom. Ternyata setelah dievaluasi, pembelajaran daring menggunakan WA juga bersifat efektif. Dilihat dari tingkat respon peserta didik memberi tanggapan dalam waktu yang tidak terlalu lama dan dari tanggapan peserta didik ketika mengerjakan dan mengumpulkan tugas. Sebagian besar sesuai dengan waktu yang ditentukan. Hanya saja kelemahannya jika banyak tugas peserta didik yang dikirimkan lewat aplikasi WA maka menyebabkan memori yang ada di HP cepat penuh. Akibatnya HP lambat bekerja. Maka, penulis memberi alternatif pada peserta didik untuk mengumpulkan tugasnya melalui email atau aplikasi Google Classroom. (gml2/lis)