PHE Jambi Merang Torehkan Prestasi lewat Inovasi Sosial dan Lingkungan: Dari Lebah Madu hingga Penanggulangan Stunting

Jambi, — Komitmen PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang terhadap keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat kembali membuahkan hasil manis. Sebagai bagian dari Pertamina Hulu Rokan (PHR), perusahaan ini berhasil meraih dua penghargaan bergengsi di bidang tanggung jawab sosial dan lingkungan: Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2025 dan sertifikat PROPER Hijau. Pencapaian ini menjadi bukti nyata bahwa keberlanjutan bukan sekadar slogan, tetapi aksi nyata yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.

Budidaya lebah madu yang dilaksanakan di Desa Suka Maju, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi(ist)

Salah satu program unggulan yang mendapat pengakuan dalam ajang ISRA 2025 adalah budidaya lebah madu di Desa Suka Maju, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Propinsi Jambi. Berangkat dari 10 kotak sarang lebah sebagai bantuan awal, kelompok binaan kini berhasil mengembangkan hingga 160 kotak. Dalam satu siklus panen 15–20 hari, masyarakat mampu menghasilkan 250–500 kilogram madu, yang dijual seharga Rp30.000 hingga Rp50.000 per kilogram. Program ini kemudian berkembang menjadi Bee The Change, sebuah inisiatif yang menyatukan pemberdayaan ekonomi dan konservasi alam melalui pendekatan sirkular berbasis potensi lokal.

Tidak hanya berhenti di situ, PHE Jambi Merang juga mendapatkan sertifikat PROPER Hijau dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumatera Selatan. Sertifikat ini diserahkan dalam acara Temu Pelanggan UPTD Laboratorium Lingkungan pada 9 Juli 2025 di Palembang. Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru, menyatakan bahwa penghargaan tersebut bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi juga simbol komitmen dalam menjaga lingkungan demi masa depan generasi mendatang.

Pengakuan tersebut turut mengapresiasi program inovatif Merajut Limbah Mendis Sehat Mandiri (Meli Mentari)” di Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Program ini menjadi jawaban atas tantangan gizi buruk dan stunting di wilayah pedesaan melalui pendekatan agrosociopreneurship—sebuah integrasi pertanian, peternakan, dan perikanan dengan sentuhan teknologi tepat guna.

Salah satu inovasi penting dari program ini adalah Simbah Dorita, teknologi ramah lingkungan yang mengolah limbah cair rumah tangga menggunakan sistem Pall Ring dan tandan kosong sawit. Hasilnya? Air limbah berubah menjadi irigasi alternatif yang mampu menghemat 1.500 liter air per hari, sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 2,76 ton CO₂eq per tahun.

Program Meli Mentari juga terbukti membawa dampak signifikan. Hasil evaluasi menunjukkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) mencapai 80,31% dengan kategori “Baik”, serta Social Return on Investment (SROI) sebesar 2,06. Artinya, setiap Rp1 yang diinvestasikan dalam program ini menghasilkan dampak sosial senilai Rp2,06—sebagian besar berasal dari sektor ekonomi (66%).

Seluruh program TJSL yang diinisiasi PHE Jambi Merang berkontribusi langsung pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).

“Keberlanjutan bukan hanya wacana, tapi kerja nyata yang lahir dari potensi lokal dan kolaborasi masyarakat. Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus menghadirkan program berdampak yang bertumbuh bersama masyarakat,” ungkap Iwan Ridwan Faizal, Manager CID Regional 1.Lewat pendekatan inklusif, berbasis komunitas, dan keberanian berinovasi, PHE Jambi Merang membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari desa. Dari lebah madu yang menyejahterakan hingga teknologi yang menyelamatkan air dan anak-anak dari stunting—semua menjadi bagian dari transformasi menuju masa depan yang lebih hijau, sehat, dan mandiri. (Asma)

Edito: Heriyanto