Putri Penjual Sosis Asal PALI Jadi Kaigo di Jepang: “Saya Ingin Hidup untuk Pasien Saya”

Putri Penjual Sosis Asal PALI Jadi Kaigo di Jepang: “Saya Ingin Hidup untuk Pasien Saya”

 

PALI, Sumsel – Meninggalkan kampung halaman demi masa depan yang lebih baik bukanlah keputusan mudah. Namun itulah langkah berani yang diambil oleh Yulia Sri Rahayu (25), perempuan asal Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, yang kini bekerja sebagai kaigo (perawat lansia) di Jepang.

 

Meski berasal dari keluarga sederhana—putri seorang penjual sosis keliling—Yulia atau akrab disapa Ayu tidak menyerah pada keterbatasan. Ia justru menjadikan latar belakangnya sebagai motivasi untuk mengubah nasib.

 

> “Alhamdulillah, walaupun saya anak penjual sosis, saya bisa bekerja di luar negeri. Ini bukan hanya mimpi saya, tapi juga doa orang tua,” ujar Ayu kepada Ohayo Jepang, Jumat (16/7/2025).

 

 

 

Sebelum berangkat ke Jepang, Ayu merupakan seorang bidan di sebuah klinik bersalin di PALI. Namun, ia merasa profesi tersebut belum mampu memberikan stabilitas ekonomi yang memadai.

 

> “Di Indonesia, saya merasa kerja keras saya sebagai bidan belum cukup dihargai, baik secara finansial maupun penghargaan profesi,” katanya.

 

 

 

Ayu merupakan lulusan sarjana kebidanan dan sempat mengabdi sebagai bidan di daerahnya. Setelah menyelesaikan pendidikan profesinya, ia kemudian mengikuti kursus bahasa Jepang selama enam bulan di Yogyakarta. Di sanalah pintu menuju negeri Sakura terbuka.

 

> “Setelah kursus bahasa, saya akhirnya menandatangani kontrak kerja selama tiga tahun sebagai kaigo di Prefektur Nara, Jepang,” tutur Ayu.

 

 

 

Keputusan hijrah ke Jepang bukan tanpa pertimbangan. Selain faktor ekonomi, Ayu juga ingin memperluas ilmu dan pengalaman profesionalnya. Baginya, merawat pasien bukan sekadar kewajiban, tapi panggilan jiwa.

 

> “Waktu saya masih kuliah, saya sering tidak tidur karena fokus mengerjakan tugas dan praktik. Tapi saya tidak pernah merasa lelah karena saya ingin hidup untuk pasien saya,” ungkapnya penuh haru.

 

 

 

Kini Ayu tengah menjalani tugasnya di sebuah fasilitas perawatan lanjut usia di Kota Mogoshima, Prefektur Nara, Jepang. Di sana, ia berharap bisa mengaplikasikan ilmu kebidanan yang telah ia pelajari sekaligus menimba pengetahuan baru dari sistem pelayanan kesehatan Jepang yang dikenal maju.

 

> “Saya sedih harus meninggalkan tanah kelahiran saya, PALI. Tapi saya yakin ini jalan terbaik. Saya ingin kembali suatu hari nanti dengan pengalaman dan kemampuan yang lebih baik,” tutup Ayu dengan mata berbinar.

Putri Penjual Sosis Asal PALI Jadi Kaigo di Jepang: “Saya Ingin Hidup untuk Pasien Saya”

PALI, Sumsel – Meninggalkan kampung halaman demi masa depan yang lebih baik bukanlah keputusan mudah. Namun itulah langkah berani yang diambil oleh Yulia Sri Rahayu (25), perempuan asal Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, yang kini bekerja sebagai kaigo (perawat lansia) di Jepang.

Meski berasal dari keluarga sederhana—putri seorang penjual sosis keliling—Yulia atau akrab disapa Ayu tidak menyerah pada keterbatasan. Ia justru menjadikan latar belakangnya sebagai motivasi untuk mengubah nasib.

> “Alhamdulillah, walaupun saya anak penjual sosis, saya bisa bekerja di luar negeri. Ini bukan hanya mimpi saya, tapi juga doa orang tua,” ujar Ayu kepada Ohayo Jepang, Jumat (16/7/2025).

 

Sebelum berangkat ke Jepang, Ayu merupakan seorang bidan di sebuah klinik bersalin di PALI. Namun, ia merasa profesi tersebut belum mampu memberikan stabilitas ekonomi yang memadai.

> “Di Indonesia, saya merasa kerja keras saya sebagai bidan belum cukup dihargai, baik secara finansial maupun penghargaan profesi,” katanya.

 

Ayu merupakan lulusan sarjana kebidanan dan sempat mengabdi sebagai bidan di daerahnya. Setelah menyelesaikan pendidikan profesinya, ia kemudian mengikuti kursus bahasa Jepang selama enam bulan di Yogyakarta. Di sanalah pintu menuju negeri Sakura terbuka.

> “Setelah kursus bahasa, saya akhirnya menandatangani kontrak kerja selama tiga tahun sebagai kaigo di Prefektur Nara, Jepang,” tutur Ayu.

 

Keputusan hijrah ke Jepang bukan tanpa pertimbangan. Selain faktor ekonomi, Ayu juga ingin memperluas ilmu dan pengalaman profesionalnya. Baginya, merawat pasien bukan sekadar kewajiban, tapi panggilan jiwa.

> “Waktu saya masih kuliah, saya sering tidak tidur karena fokus mengerjakan tugas dan praktik. Tapi saya tidak pernah merasa lelah karena saya ingin hidup untuk pasien saya,” ungkapnya penuh haru.

 

Kini Ayu tengah menjalani tugasnya di sebuah fasilitas perawatan lanjut usia di Kota Mogoshima, Prefektur Nara, Jepang. Di sana, ia berharap bisa mengaplikasikan ilmu kebidanan yang telah ia pelajari sekaligus menimba pengetahuan baru dari sistem pelayanan kesehatan Jepang yang dikenal maju.

> “Saya sedih harus meninggalkan tanah kelahiran saya, PALI. Tapi saya yakin ini jalan terbaik. Saya ingin kembali suatu hari nanti dengan pengalaman dan kemampuan yang lebih baik,” tutup Ayu dengan mata berbinar.(Jeksi)

Berita Terbaru