Palembang – Workshop ECO Enzyme dengan tema Sehat untuk Diri Sehat untuk Bumi diselenggarakan di Grand Ballroom Ceria Lt. 8 Maitreyawira Convention Center Palembang, Kamis (25/1/2024).
Lebih dari 700 orang mengikuti Seminar dan Workshop Eco Enzyme yang diselenggarakan oleh Enzim Bakti Indonesia, Eco Enzyme Nusantara, Gerakan Bumiku Sayang dan Yayasan Maitreyawira. Penyelenggara sengaja mendatangkan dua pembicara internasional dr. Joean Oon dari Malaysia yang juga pelopor gerakan sosial eco enzyme dan Lyu Ming Koordinator Tim Pengembangan Pertanian Eco Enzyme Tiongkok yang siap membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka.
Diawali dengan sejumlah testimoni dan sharing dari peserta yang antusias hadir, sesi pertama diisi dengan pengenalan dan manfaat eco enzyme. Didampingi penterjemah Allen Wu, dokter asal Malaysia ini menggugah peserta untuk mencintai bumi Indonesia karena dia tersentuh ketika panitia membuka acara dengan Indonesia Raya.
“Setiap kali mendengarkan lagu Indonesia Raya, saya selalu merasakan terharu karena syair-syair nya sangat menyentuh, ” katanya.
Lima sesi terkait eco enzyme yaitu, bagaimana pembuatan eco enzyme dan pemanfaatan pada rumah tangga, eco enzyme dan perawatan personal, eco enzyme dan pemurnian air dan udara, eco enzyme dan pertanian, dan pembangunan sosial yang berkelanjutan.
Tujuan dari workshop ini adalah mewujudkan kehidupan yg lebih baik dengan mengelola sampah rumah tangga dan mengubahnya menjadi berkah karena bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik di rumah tangga maupun penggunaan secara luas.
Eco enzyme sangat mudah dibuat dengan formula emas yaitu 10 bagian air ditambah tiga bagian bahan organik dan satu bagian gula merah atau molase lalu disimpan di dalam wadah tertutup selama paling sedikit tiga bulan.
Pada hari kedua, Lyu Ming memaparkan lebih banyak mengenai eco enzyme dan pertanian khususnya yang sudah dipraktekkan di Tiongkok maupun juga di Indonesia. Peserta yg berasal dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, guru, dosen, praktisi lingkungan, hingga komunitas dan relawan eco enzyme juga diajak melakukan praktek pembuatan kompos menggunakan eco enzyme.
Lyu Ming memberikan banyak pembuktian terkait pemanfaatan eco enzyme untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah. Berbagai video juga ditampilkan dimana petani bisa meraih panen yang bagus dalam penanaman padi, tomat, wortel, dan terong.
“Tanah-tanah yang tadinya gersang ternyata dapat ditanami dan menghasilkan panen yang bagus,” kata Ming melalui penterjemahnya Allen.
Sementara itu, di tempat terpisah Ketua Panitia, Sullyfang mengatakan seminar dengan mengundang pembicara dari Malaysia dan Tiongkok tujuannya untuk mengajak semakin banyak masyarakat untuk ikut terlibat dalam penyelamatan bumi lewat pemanfaatan sampah organik menjadi eco enzyme.
“Kami generasi lebih tua sangat senang melihat banyak generasi muda yang hadir. Kalau dokter Joean saja yang bukan warga negara Indonesia saja sangat cinta dengan negara Indonesia, seharusnya kita lebih lagi. Tugas kita sama yaitu menyelamatkan bumi melalui aksi dimulai dari masing-masing,” kata Suli yang juga aktivis Gerakan Bumiku Sayang Maitreyawira.
Sementara itu dalam jumpa pers dengan sejumlah awak media, Humas Panitia Regen Kusuma menambahkan, berkat kerjasama banyak pihak saat ini eco enzyme sudah semakin dikenal luas baik di Palembang maupun di Sumsel umumnya.
“Paling tidak sudah tercatat sudah ada 20 komunitas eco enzyme dengan ratarata 40 anggota. Artinya sudah ada lebih kurang 800 orang relawan yang menggelorakan eco enzyme, oleh karena itu kami mohon bantuan masyarakat luas termasuk media menyebarluaskan manfaat eco enzyme yang sangat banyak ini,” tambah Regen yang juga Kepala SMA Maitreyawira Palembang ini. (Fin)