Air Tecemar Bakteri E Coli, SMPN 3 Watulimo Cari Solusi Sumber Air Bersih Alternatif

Berita, Jawa Timur587 Dilihat

 

pilarsumsel.com Trenggalek, Jawa Timur – Tahu keberadaan air baku tercemar, SMPN 3 Watulimo Trenggalek mencari sumber air alternatif.

Inovasi ini tentunya memberikan dampak positif bagi sekolah maupun warga sekitar.

Inovasi sederhana ini ternyata mencuri perhatian Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin dalam ajang Trenggalek Inovation Fest (TIF) 2021 yang digelar Pasar Pon Trenggalek, Selasa (14/12).

Menurut Bupati Trenggalek ini, sederhana namun memberikan dampak positif kepada sekolah dan warga sekitar.

“Kadang tidak terpikir oleh saya, tapi para guru ini tidak hanya peduli pada tugas pembelajaran saja, namun mereka peduli terhadap keadaan murid mereka hingga lingkungan sekitarnya,” ujar pria yang akrab disapa Gus Ipin itu.

Dian Liana Wati, Guru BK sekolah ini menyampaikan, “inovasi di sini sebenarnya dilakukan berawal dari kita, SMPN 3 Watulimo kesulitan tentang air, ketika musim hujan atau musim kemarau. Awal mulanya SMP ini mengadakan perlombaan sekolah sehat. Dari sini ada tindak lanjut pengecekan air di sekolah ini,” tuturnya kepada awak media.

Ternyata lanjutnya menambahkan, “terdapat Bakteri E Colin dari kotoran hewan dan E Coli dari kotoran manusia. Dari ini kemudian sekolah ini melakukan inovasi. Bekerjasama dengan desa dan siswa, melakukan pengeboran sumur di bawah sungai,” sambung guru perempuan itu.

Dari tindak lanjut ini, sekolah menjadi tidak kekurangan air lagi.

Kemudian tanaman dilingkungan sekolah sudah mulai subur dan SMPN 3 mengikuti Adiwiyata. Bahkan masyarakat desa ikut menggunakan air tersebut.

Selain inovasi SMPN 3 Watulimo, inovasi yang dilakukan oleh SMP di Kecamatan Kampak, juga mencuri perhatian Bupati Trenggalek.

“Kemudian ada sekolah yang berempati pada siswa siswinya yang dalam tanda kutib ekonominya lemah, tidak punya uang saku. Akhirnya ada inovasi bagaimana melibatkan mereka untuk bisa produktif dan terlibat aktif membuat besek untuk ikan. Besek ini kemudian dijual untuk digunakan sebagai uang saku,” imbuh Bupati Trenggalek.

Seperti ini, menurut saya sederhana, namun menurut saya penuh dengan empati.

Artinya bapak/ ibu guru itu tidak hanya mengajar teorinya saja, namun juga memperhatikan kesejahteraan siswa siswinya.

Kadang saya tidak memikirkan sampai segitu, inovasi yang mau dikeluarkan oleh sekolah dan saya sangat mengapresiasi, tandasnya.

Totok Rudijanto, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olehraga (Disdikpora) Kabupaten Trenggalek, cukup senang dengan inovasi yang dilakukan oleh sekolah dibawah naungannya itu.

Menurutnya, itu sebuah upaya dalam memberikan pelayanan yang terbaik. Meskipun ada beberapa yang masih perlu disempurnakan lagi.

“Saya selalu mengapresiasi setiap inovasi yang dilakukan oleh sekolah. Mungkin kedepannya, akan lebih dikembangkan lagi, utamanya aplikasi terkait dengan metode pembelajaran yang dilaksanakan pada Pandemi Covid 19.

Kemudian dikolaborasi dengan inovasi proses pembelajaran tatap muka. Karena tatap muka nanti mau tidak mau harus tetap dilakukan,” ucapnya.

Inovasi dari SMP cukup banyak, lanjut Totok. Dari 19 yang masuk, SMP-nya sebanyak 14, SD 5 dan 1 TK.

“Ini akan kita bina terus dan mudah-mudahan bisa mengikuti lagi. Dan yang kurang kita dorong bisa lebih bagus lagi. Sedangkan yang belum kita dorong untuk bisa mengikuti,” tutupnya.

(bud)