Daging Beku Bulog Dijamin Higienis, Begini Pengolahannya

Berita, Utama1098 Dilihat

 

LUBUKLINGGAU-Daging merupakan salah satu bahan pangan asal ternak yang mengandung zat-zat gizi  dengan mutu yang sangat baik, daging juga mudah didapat dipasar tradisional maupun di swalayan baik itu berupa daging segar maupun daging beku.

Baik itu daging segar yang baru dibeli dipasar tradisional maupun daging beku yang berasal swalayan sebenarnya sama mengandung kadar gizi yang sama.

“Ada yang bilang kalau daging beku itu gak baik loh karena secara gizi itu kurang.
Ada juga yang bilang kadang kita beli dipasar pulang langsung masuk ke kulkas jadi apa bedanya,” ungkap Kabulog Lubuklinggau, Mahesti pada pilarsumsel.com.

Begini tanggapan dari Kepala KCP Bulog Lubuklinggau Mahesti Baik daging segar maupun daging beku sebenarnya memiliki kandungan gizi yang sama. Bahkan daging beku yang diolah secara modern justru memiliki nilai lebih dari sisi higienitas dan masa simpan.

Daging beku yang di import oleh bulog di produksi oleh pabrik modern, dimana daging yang baru dipotong langsung di dbekukan dengan suhu yang sangat rendah. Kemudian daging beku disimpan di gudang berpendingin dengan suhu beku. Dengan demikian dari sisi kadungan gizi, justru daging beku memiliki kandungan gizi yang lebih bertahan lama dibandingkan daging segar, karena daging segar itukan sifatnya cepat rusak/busuk. Sementara untuk daging beku kan daging tersebut melewati proses pembekuan atau pendinginan, sehingga kandungan nutrisinya tetap terjaga hingga nantinya diolah menjadi makanan.

Dari sisi kualitas dan keamanan konsumsi sendiri, seperti yang diketahui bahwa prosedur ekspor/impor barang sangat ketat karena melalui berbagai syarat agar bisa beredar di dalam negeri. Sehingga daging yang kami distribusikan dapat kami jamin dari sisi dokumen legalitasnya, baik izin maupun kehalalannya,” tegas Mahesti.

Dari sisi rasa sendiri, hampir tidak ada perbedaan antara daging beku dan daging segar, hanya saja pengolahan atau cara perlakuan sebelum dimasak memang agak sedikit berbeda.

Agar daging beku yang akan diolah memiliki cita rasa yang sama, maka daging tidak boleh dipaksa untuk dicairkan, misalkan langsung di rebus, atau dirndam air panas, karena slain menghilangkan cita rsa dan gizinya, juga dapat mengakibatkan daging menjadi keras.

Karena diproses beku menggunakan suhu yang sangat rendah, maka diperlukan proses pelayuan secara alami agar daging mencair. Caranya adalah dengan memindahkan daging yang akan diolah dari freezer ke chiller (kulka bagian bawah) selama beberapa jam,. Apabila diperlukan jika akan dimasak besok pagi, malamnya daging dikeluarkan dari frezeer dan dipindah ke kulkas bagian bwah.  Pagi harinya daginh akan mencair secara alami dan hampir tidak ada bedanya dengan daging segar. Setelah itu barulah daging diolah.

Daging beku yang telah mencair sebaiknya tidak dibekukan lagi dan langsung diolah, karena proses pembekuan di kulkas membutuhkan waktu, dan dikhawatikan telah tepapar baktri dari luar, berbeda dengan tekhnologi modern di pabrik yang bisa langsung beku, sehingga kualitasnya dikhawatirkan berubah.

Jadi intinya, kandungan gizi yang ada dalam daging beku hampir tidak ada bedanya dngan daging segar, hanya berbeda proses penyimpanannya saja.
Daging beku justru memiliki nilai plus dibandingkan daging segar apabila proses pengolahan daging segar tidak higienis, misalnya sepulang dari pasar daging dibiarkan di suhu ruang trlalu lama, lalu dibekukan lagi di difrezzer, ini kan akan sangat berpengaruh pada kualitas gizi serta higienitas daging segar itu sendiri.

“Bagaimanapun semuanya kita kembalikan pada selera konsumen, lebig prefer ke daging segar atau beku. Namun direkomendasikan apabila ingin menyimpan daging dalam jangka waktu lama baiknya memilih daging beku,” pungkasnya. (agus).