Kompensasi Emisi Gas Karbon, Bupati Arifin Tanam Pohon di Kali Temon

Berita, Jawa Timur303 Dilihat

pilarsumsel.com Trenggalek, Jawa Timur – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin tanam pohon di Desa Wisata Kali Temon, Desa Ngares, Kecamatan/ Kabupaten Trenggalek, Senin (10/1/2022). Penanaman pohon ini sebagai wujud kompensasi atas emisi gas karbon yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia.

Rencananya kompensasi atau kewajiban donasi penanaman pohon ini akan diwajibkan kepada seluruh warga masyarakat yang ada, menyikapi perubahan iklim yang terjadi saat ini. Sekaligus sebagai upaya mitigasi kejadian bencana yang lebih besar.

“Hari ini kita memperingati hari penanaman sejuta pohon sedunia, sekaligus kita mensosialisasikan surat edaran Bupati terkait dengan kewajiban donasi bambu bagi seluruh masyarakat Trenggalek,” ungkap Bupati Arifin usai menanam pohon di Desa Wisata Kali Temon.

Disana, sambungnya “diatur jenis tanaman nanti dilokasikan di mana sesuai dengan vegetasi kebutuhan lingkungannya selanjutnya juga sampai jumlah pohon yang harus ditanam. Seperti Bupati wajib satu tahun tanam 50 pohon. Terus Pak wakil bupati 40, kemudian Bu Sekda, OPD, sampai masyarakat umum, setidaknya kita himbau setiap orang menanam 1 pohon setiap tahunnya,” terang kepala daerah yang erat disapa Gus Ipin itu.

Ini dimaksudkan untuk kita mengatasi satu perubahan iklim dan dengan bagaimana mengurangi emisi polusi dengan cara seperti ini. Kedua tentu ini bisa menjadi cara kita untuk menghindari diri dari resiko bencana yang lebih besar.

Kita memitigasi resiko bencana, contoh nanti kalau di daerah lereng, kalau nggak ada vegetasinya tentu sedimennya gampang jatuh. Gampang longsor maka perlu diberi tanaman apakah itu bambu, ataukah itu tanaman yang lainnya.

Sama juga seperti di daerah pesisir yang rawan abrasi, di mana bibir pantainya semakin lama semakin menjorok-menjorok ke sisi darat. “Tentu nanti bisa mengganggu aktivitas masyarakat setempat atau budidaya masyarakat di sekitar sana maka perlu diberi Green Belt,” lanjutnya.

Jadi satu di mitigasi bencana, selain perubahan iklim ada peristiwa-peristiwa lain yang akan terjadi. Yang ketiga bisa sebagai sarana pengungkit ekonomi juga, kalau wilayahnya asri, bersih tentu bisa kita angkat untuk wisata. Kemudian hasil pokoknya, hasil buahnya, kemudian bisa digunakan untuk kerajinan dan sebagainya. Seperti bambu, itu mungkin contoh-contoh nanti yang bisa kita laverage,” tandasnya.

 

(bud)